BAGAIMANA MENJADI PEMBICARA YANG BAIK
DAN MAMPU MEMPENGARUHI PENDENGAR
Dalam kegiatan sehari-hari, kita tidak
terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Ada banyak cara dalam berkomunikasi,
misalnya komunikasi tidak langsung dengan menggunakan media seperti telepon,
ponsel, video chatting, dan lain sebagainya, atau komunikasi langsung yaitu
dengan berbicara dan menggunakan bahasa tubuh.
Seiring perkembangan zaman,
berbicara bukan lagi sekadar serangkaian cara yang ditempuh manusia untuk dapat
berkomunikasi dan menyampaikan maksud, melainkan juga berbicara sebagai suatu
seni dan teknik yang perlu diasah demi banyak kepentingan, seperti: banyak SPG
yang dituntut dapat berbicara sedemikian rupa agar produk yang ditawarkan laris
terjual, seorang Public Relation Perusahaan yang dengan kemahirannya
berkomunikasi dapat menjalin hubungan baik dengan perusahaan lain, atau seorang
pengajar yang harus dapat menciptakan keasyikan suasana belajar dalam kelas,
dan lain sebagainya. Kemampuan dalam berbicara tersebut bukanlah serta-merta
muncul, melainkan melalui serangkaian proses. Berikut ini proses menjadi
pembicara yang baik dan mampu mempengaruhi pendengar :
1. Tahap Persiapan
-
Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik
sangat mempengaruhi tampilan kita, jangan sampai saat tampil kita sedang dalam
kondisi fisik yang buruk, atau bahkan menderita sakit yang mudah kambuh hanya
karena gugup, seperti asma, serangan jantung, epilepsi, dan lain-lain. Tidur
cukup, konsumsi makanan dan minuman yang sehat, serta olahraga teratur dapat
menjaga stamina tetap prima. Karena jika stamina kita prima maka tubuh akan
lebih maksimal dalam melakukan gerak dan memancarkan energi.
-
Kondisi Mental/Psikis
Selain kesehatan
fisik, kesehatan mental juga tak kalah ikut andil dalam tahap persiapan. Kita
harus pandai mengolah psikis yang buruk menjadi baik, jangan biarkan stress dan
bayangan akan kegagalan menjadi momok bagi
kita melangkah. Kuatkan mental dengan meditasi, sugesti, dan berdo’a.
-
Bangun
Kepercayaan diri
Manusia
diibaratkan zombie atau mayat hidup jika tidak memiliki keyakinan dan semangat,
tidak ingin terlihat seperti demikian di depan pendengar maka kita harus
membangun keyakinan dari dalam diri dahulu, membangun semangat sehingga kita
akan siap tampil sebagai pembicara yang penuh percaya diri.
-
Persiapkan materi
Sebelum tampil,
kita harus mempersiapkan materi yang akan disampaikan. Materi tersebut juga
harus disesuaikan dengan tempat, usia pendengar, dan momen yang ada. Saat
mengisi seminar pendidikan di depan anak-anak SMP misalnya, materi yang
disajikan harus sesuai dengan porsi dan pemahaman seusia mereka, jangan sampai
anak-anak SMP diberi porsi wawasan tingkat mahasiswa.
-
Praktik percobaan
Setelah
mempersiapkan materi, hendaknya kita mencoba mempraktikkannya. Hal ini perlu
dipersiapkan dan bila perlu diulang beberapa kali untuk menghindari kesalahan
saat tampil. yang perlu diperhatikan adalah bukan hanya materi apa yang hendak
disampaikan melainkan juga bagaimana teknik berbicara dan mengolah kata-kata
sedemikian rupa sekiranya dapat diterima dengan baik.
2. Tahap Pelaksanaan
-
Kostum yang
digunakan
“kesan pertama
menentukan kesan berikutnya”, pepatah tersebut tampaknya patut menjadi tolak
ukur agar kostum yang kita kenakan harus rapi, sopan, dan disesuaikan dengan
acara yang kita hadiri. Salah kostum saat acara bisa menyebabkan
ketidaknyamanan seterusnya. Tidak mau kan, menanggung malu hanya karena saltum
?
-
Mulai dengan
kalimat sapaan
Untuk menarik perhatian
pendengar, pertama kali kita menyapa mereka dengan lantang dan penuh energi sehingga
membangkitkan semangat. Lebih unik lagi jika kita masuk dari arah tak terduga.
-
Pemanasan
Pemanasan disini
maksudnya bukan berlari atau semacamnya ya, melainkan sebelum kita memasuki
tema yang hendak dibahas atau disampaikan, yang perlu dilalui adalah memberikan
stimulasi. Misal membahas korupsi, sebelumnya kita bisa memberikan stimulasi
kondisi yang sedang marak terjadi di masyarakat tentang korupsi.
-
Volume suara dan
artikulasi
Sesuaikan volume
suara dengan luas ruangan dan banyaknya pendengar. Semakin luas dan banyak
pendengar yang hadir, maka volume suara pun harus lebih besar. Selain itu,
artikulasi atau kelancaran dalam berbicara juga sangat penting agar wibawa kita
semakin terpancar
-
Ekspresinya mana
?!
Yakinkan
pendengar dengan menatap mata pendengar, bukan hanya di sisi kanan saja, tengah
saja atau kiri saja melainkan menyeluruh secara bergantian. Karena jika tidak
demikian, pendengar yang tidak ditatap akan merasa tidak diperhatikan, alhasil
mereka malas pula mendengarkan kita.
-
Gerak tubuh
Selain ekspresi,
gerak tubuh juga dimaksimalkan demi menunjang kata-kata apa yang kita
sampaikan. Jangan diam saja terpaku, nanti pendengar berpikir “ini orang atau
robot, sih ?”
-
Selingan
Sesekali dan di
beberapa momen informal atau nonformal kita dapat menyisipkan selingan dengan
canda sehingga suasana cair. Pendengar pun tidak kaku dan atau bosan, apalagi
mengantuk bahkan ketiduran.
-
Make a situation
of communication
Ciptakan situasi
komunikasi, interaksi dua arah bukan hanya searah. Jadi dari situ kita bisa
tahu, sejauh mana pendengar memperhatikan kita dan menangkap apa yang kita
beri.
-
Give a chance
Berikan
kesempatan untuk mereka bertanya. Dan pastikan kita sudah mempersiapkan
kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul sehingga kita tidak
kebingungan dalam menjawab.
3. Penutup
-
Simpulan
Sebelum
mengakhiri pembicaraan tidak afdol rasanya jika belum memberikan simpulan dari
apa yang kita bicarakan. Hal ini dirasa cukup penting mengingat banyak praktik
berbicara dimana inti yang disampaikan pembicara tidak mampu ditangkap oleh
pendengar, bahkan tak jarang pula mereka pulang dengan perasaan kecewa bahkan
timbul tanya tanya besar yang masih menggantung. Maka dari itu hendaknya kita
sampaikan apa maksud dari praktik berbicara yang telah kita lakukan serta
tujuan apa yang hendak dicapai, sehingga pendengar menyadari bahwa ternyata apa
yang kita sampaikan itu penting dan berguna baginya.
-
Tanggapan
pendengar
Hal ini terlihat
sederhana namun belum banyak pembicara yang melakukannya. Sebelum forum
berakhir, kita dapat meminta pendengar untuk menuliskan bagaimana tanggapan
mereka setelah mengikuti forum tersebut, entah pada materi ataupun pada
pembicara. Kalaupun tidak memungkinkan untuk menuliskannya, kita dapat meminta
pendapat langsung dari peserta atau bahkan di luar forum. Sehingga dari
tanggapan itulah kita sebagai pembicara dapat mengevaluasi diri untuk menjadi
lebih baik de depannya.
-
Nomor telefon
atau e-mail
Sehubungan dengan hal di atas,
seringkali kita mendapati dalam seminar-seminar atau praktik berbicar lain,
hanya pendengar yang mendapatkan dewi fortuna ditunjuk untuk mengajukan
pertanyaan, sedangkan pendengar lain yang mengacungkan tangan belum tentu mendapatkan
kesempatan. Maka dari itu untuk memuaskan tanda tanya yang belum terjawab di
dalam forum, pembicara bisa memberikan nomor telefon, alamat e-mail, atau yang
lainnya yang dimaksudkan bisa memberikan keleluasaan bagi pendengar yang ingin
bertanya sampai tuntas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar