Minggu, 10 Juni 2012

Keterampilan Berbahasa


BAGAIMANA MENJADI PEMBICARA YANG BAIK DAN MAMPU MEMPENGARUHI PENDENGAR

Dalam kegiatan sehari-hari, kita tidak terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Ada banyak cara dalam berkomunikasi, misalnya komunikasi tidak langsung dengan menggunakan media seperti telepon, ponsel, video chatting, dan lain sebagainya, atau komunikasi langsung yaitu dengan berbicara dan menggunakan bahasa tubuh.
            Seiring perkembangan zaman, berbicara bukan lagi sekadar serangkaian cara yang ditempuh manusia untuk dapat berkomunikasi dan menyampaikan maksud, melainkan juga berbicara sebagai suatu seni dan teknik yang perlu diasah demi banyak kepentingan, seperti: banyak SPG yang dituntut dapat berbicara sedemikian rupa agar produk yang ditawarkan laris terjual, seorang Public Relation Perusahaan yang dengan kemahirannya berkomunikasi dapat menjalin hubungan baik dengan perusahaan lain, atau seorang pengajar yang harus dapat menciptakan keasyikan suasana belajar dalam kelas, dan lain sebagainya. Kemampuan dalam berbicara tersebut bukanlah serta-merta muncul, melainkan melalui serangkaian proses. Berikut ini proses menjadi pembicara yang baik dan mampu mempengaruhi pendengar :

1.    Tahap Persiapan
-          Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik sangat mempengaruhi tampilan kita, jangan sampai saat tampil kita sedang dalam kondisi fisik yang buruk, atau bahkan menderita sakit yang mudah kambuh hanya karena gugup, seperti asma, serangan jantung, epilepsi, dan lain-lain. Tidur cukup, konsumsi makanan dan minuman yang sehat, serta olahraga teratur dapat menjaga stamina tetap prima. Karena jika stamina kita prima maka tubuh akan lebih maksimal dalam melakukan gerak dan memancarkan energi.
-          Kondisi Mental/Psikis
Selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga tak kalah ikut andil dalam tahap persiapan. Kita harus pandai mengolah psikis yang buruk menjadi baik, jangan biarkan stress dan bayangan akan kegagalan menjadi momok bagi  kita melangkah. Kuatkan mental dengan meditasi, sugesti, dan berdo’a.
-          Bangun Kepercayaan diri
Manusia diibaratkan zombie atau mayat hidup jika tidak memiliki keyakinan dan semangat, tidak ingin terlihat seperti demikian di depan pendengar maka kita harus membangun keyakinan dari dalam diri dahulu, membangun semangat sehingga kita akan siap tampil sebagai pembicara yang penuh percaya diri.
-          Persiapkan materi
Sebelum tampil, kita harus mempersiapkan materi yang akan disampaikan. Materi tersebut juga harus disesuaikan dengan tempat, usia pendengar, dan momen yang ada. Saat mengisi seminar pendidikan di depan anak-anak SMP misalnya, materi yang disajikan harus sesuai dengan porsi dan pemahaman seusia mereka, jangan sampai anak-anak SMP diberi porsi wawasan tingkat mahasiswa.
-          Praktik percobaan
Setelah mempersiapkan materi, hendaknya kita mencoba mempraktikkannya. Hal ini perlu dipersiapkan dan bila perlu diulang beberapa kali untuk menghindari kesalahan saat tampil. yang perlu diperhatikan adalah bukan hanya materi apa yang hendak disampaikan melainkan juga bagaimana teknik berbicara dan mengolah kata-kata sedemikian rupa sekiranya dapat diterima dengan baik.

2.    Tahap Pelaksanaan
-          Kostum yang digunakan
“kesan pertama menentukan kesan berikutnya”, pepatah tersebut tampaknya patut menjadi tolak ukur agar kostum yang kita kenakan harus rapi, sopan, dan disesuaikan dengan acara yang kita hadiri. Salah kostum saat acara bisa menyebabkan ketidaknyamanan seterusnya. Tidak mau kan, menanggung malu hanya karena saltum ?
-          Mulai dengan kalimat sapaan
Untuk menarik perhatian pendengar, pertama kali kita menyapa mereka dengan lantang dan penuh energi sehingga membangkitkan semangat. Lebih unik lagi jika kita masuk dari arah tak terduga.
-          Pemanasan
Pemanasan disini maksudnya bukan berlari atau semacamnya ya, melainkan sebelum kita memasuki tema yang hendak dibahas atau disampaikan, yang perlu dilalui adalah memberikan stimulasi. Misal membahas korupsi, sebelumnya kita bisa memberikan stimulasi kondisi yang sedang marak terjadi di masyarakat tentang korupsi.
-          Volume suara dan artikulasi
Sesuaikan volume suara dengan luas ruangan dan banyaknya pendengar. Semakin luas dan banyak pendengar yang hadir, maka volume suara pun harus lebih besar. Selain itu, artikulasi atau kelancaran dalam berbicara juga sangat penting agar wibawa kita semakin terpancar
-          Ekspresinya mana ?!
Yakinkan pendengar dengan menatap mata pendengar, bukan hanya di sisi kanan saja, tengah saja atau kiri saja melainkan menyeluruh secara bergantian. Karena jika tidak demikian, pendengar yang tidak ditatap akan merasa tidak diperhatikan, alhasil mereka malas pula mendengarkan kita.
-          Gerak tubuh
Selain ekspresi, gerak tubuh juga dimaksimalkan demi menunjang kata-kata apa yang kita sampaikan. Jangan diam saja terpaku, nanti pendengar berpikir “ini orang atau robot, sih ?”
-          Selingan
Sesekali dan di beberapa momen informal atau nonformal kita dapat menyisipkan selingan dengan canda sehingga suasana cair. Pendengar pun tidak kaku dan atau bosan, apalagi mengantuk bahkan ketiduran.
-          Make a situation of communication
Ciptakan situasi komunikasi, interaksi dua arah bukan hanya searah. Jadi dari situ kita bisa tahu, sejauh mana pendengar memperhatikan kita dan menangkap apa yang kita beri.
-          Give a chance
Berikan kesempatan untuk mereka bertanya. Dan pastikan kita sudah mempersiapkan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul sehingga kita tidak kebingungan dalam menjawab.


3.    Penutup
-          Simpulan
Sebelum mengakhiri pembicaraan tidak afdol rasanya jika belum memberikan simpulan dari apa yang kita bicarakan. Hal ini dirasa cukup penting mengingat banyak praktik berbicara dimana inti yang disampaikan pembicara tidak mampu ditangkap oleh pendengar, bahkan tak jarang pula mereka pulang dengan perasaan kecewa bahkan timbul tanya tanya besar yang masih menggantung. Maka dari itu hendaknya kita sampaikan apa maksud dari praktik berbicara yang telah kita lakukan serta tujuan apa yang hendak dicapai, sehingga pendengar menyadari bahwa ternyata apa yang kita sampaikan itu penting dan berguna baginya.
-          Tanggapan pendengar
Hal ini terlihat sederhana namun belum banyak pembicara yang melakukannya. Sebelum forum berakhir, kita dapat meminta pendengar untuk menuliskan bagaimana tanggapan mereka setelah mengikuti forum tersebut, entah pada materi ataupun pada pembicara. Kalaupun tidak memungkinkan untuk menuliskannya, kita dapat meminta pendapat langsung dari peserta atau bahkan di luar forum. Sehingga dari tanggapan itulah kita sebagai pembicara dapat mengevaluasi diri untuk menjadi lebih baik de depannya.
-          Nomor telefon atau e-mail
Sehubungan dengan hal di atas, seringkali kita mendapati dalam seminar-seminar atau praktik berbicar lain, hanya pendengar yang mendapatkan dewi fortuna ditunjuk untuk mengajukan pertanyaan, sedangkan pendengar lain yang mengacungkan tangan belum tentu mendapatkan kesempatan. Maka dari itu untuk memuaskan tanda tanya yang belum terjawab di dalam forum, pembicara bisa memberikan nomor telefon, alamat e-mail, atau yang lainnya yang dimaksudkan bisa memberikan keleluasaan bagi pendengar yang ingin bertanya sampai tuntas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar