“ KANGEN KAMU “
Aku kangen kamu, D
Entah mengapa selalu perasaan itu yang pertama ku tangkap
saat tidak sedang denganmu
Baru kemudian sebalku....
Kamu, sedang apa ?
Malam ini cukup sepi
Jalan lengang terlebih saat kau tak nampak
Apakah... kau baik-baik saja saat ini ?
Sejujurnya aku benci membuka perasaanku lewat notebook ini,
Tapi... diaryku hilang!
Aku jadi kehilangan 2 teman:
Diaryku, dan kamu
D, andai kamu tahu
Aku tak sungguh-sungguh sebal padamu
Aku cuma sebal pada ke-egoisanmu untuk memilikiku
Tapi.....
Mungkin benar itu bukan kamu sebagai teman baikku,
Melainkan kamu sebagai seorang pria yang berharap ku pilih
Ketahuilah D, sayangku padamu lebih dalam sebenarnya,
Karena aku tak menatapmu dengan cermin masa laluku
Melainkan dengan apa adanya dirimu sendiri
Sedangkan kau menyayangiku, aku berada di batas antara yakin
dan tidak
Bukan tidak yakin kau sayang padaku,
Melainkan aku tak yakin rasa itu benar-benar utuh untukku
Aku merasa ada genangan masa lalu mengaliri cintamu padaku,
D
Aku takut hanya menjadi proyeksi
Bukan kenyataan....
Aku sering bilang padamu bahwa
Aku tahan luka, aku tahan sakit
Tapi... aku tak tahan akan kebohongan
Sekaligus tak tahan dengan rasa sayang yang dalam
Dan menatap matamu, adalah bagian dari keduanya
Itu sulit, D
Sulit sekali bagiku...
Maaf aku tak ingin menyiksamu dengan kerumitan otak ini
Setidaknya aku hanya ingin kau benar-benar sadar akan apa
yang kau putuskan
Bukan ego, bukan sesaat, bukan insting
Entah apa aku tahan jika tiba-tiba kau muncul dan berkata,
“aku sudah mendapatkan seseorang”
Mungkin... aku akan menangis
Menangis karena lega,
ada orang lain yang lebih bisa dan lebih mungkin bersanding denganmu serta
menyayangimu secara nyata
Sekaligus menangis karena kau tak bisa bersamaku............
Aku harus siap itu
Kamu juga, D
Aku do’akan yang terbaik untuk kita semua
Sekali lagi, aku hanya ingin berbisik pada angin yang
berdesir malam ini
Jarak kita dekat sekali, tapi..... jurang itu nyata sekali
Aku merindukanmu, D
Aku rindu tatapan mata itu
Aku rindu rayuan garingmu
Aku rindu hujan perhatianmu
Aku rindu kita bertengkar
Aku rindu semuanya!
Surabaya, 24 April’12
11: 44 pm
@istana kecilku, Tink
Love Blue Dolphin
Artikel
“ Kartini Muda yang
Mendaki dan Terjun “
Ini Hari Kartini. Aku bingung harus
berkomentar bagaimana jika ditanya pendapatku tentang Kartini modern. Tapi
daripada kebingunganku itu menjamur di otakku dan semakin kusut seperti baju
tak disetrika, ada baiknya jika aku urai satu per satu.
Aku
menangkap dua hal disini, feminisme yang semakin memanjat naik seperti pendaki
gunung, sekaligus moral yang terjun turun bak atlet parasut. Untuk mempertanggungjawabkan
kalimatku tersebut, akan kutunjukkan fenomena-fenomena ‘tragis’ berikut: Di
tengah globalisasi yang mendengungkan kata ‘modern’, banyak perempuan mulai
dari remaja hingga dewasa berlomba untuk berpenampilan menarik dan agar disebut
cantik. Mulai dari seharian nyalon, shopping baju dan aksesoris waw, sampai pergi ke dukun untuk
memasang susuk. Tak jarang mereka menjadi korban fashion, korban tren, dan korban atas kebodohannya sendiri lebih
tepatnya. Kita bahas dulu fenomena perempuan berpakaian terbuka. Beberapa dari
mereka membela diri dan berkata, “ini ekspresi! Kalau cowok melihat ngiler, ya dianya aja jelatatan!”. Hey?
Sadar tidak sih? Reaksi ada atas stimulus yang dilahirkan aksi. Dan pembelaan
itu tidak bisa dibenarkan sepenuhnya karena kita hidup bermasyarakat yang
terikat dengan etika dan moral, bukan individu yang berdiri tegak sendirian. Itu
masih mending, aku lebih gemas lagi melihat cewek-cewek seksi nan aduhai yang
(maaf) melacurkan tubuhnya dengan berpakaian terbuka demi profesi. Ya, demi
profesi. Tak perlu lah ku sebutkan apa, karena itu sudah benar-benar membadai
saat ini, kau bisa menebaknya sendiri. Bedanya, mereka ‘menjajakan’ tubuh semlohe-nya hanya sebagai pemuas mata,
bukan untuk bebas dijamah. Aku kasihan, aku prihatin. Beginikah potret Kartini
modern bangsa kita? Yang bangga dibayar untuk memamerkan body-nya yang seperti gitar spanyol? Yang senang dipanggil “sexy”,
“cantik”, dan... “menarik” hanya dari apa yang terlihat mata? Sungguh
tragis.... aku sebagai sesama perempuan secara tidak langsung merasa terhina,
terlecehkan, dan terendahkan. Tapi tetap saja itu adalah pilihan, dan mereka
memilih itu. Mereka juga tak bisa sepenuhnya disalahkan, karena hanya Tuhan
yang tahu apa alasan yang mereka sembunyikan...
Tenang, ini
belum berakhir. Aku akan membuka fenomena ‘mendaki’ itu. Kita tahu, karena
globalisasi pula, perempuan-perempuan kini jauh lebih maju, bisa dibilang
canggih bahkan. Kalau dulu perempuan itu hanya tahu memasak, bersih-bersih,
melayani keluarga, semua itu bergulir sangat berbeda kini. Tahu sendiri kan,
perempuan sudah wajar menjadi pemimpin, hampir di setiap profesi. Feminisme
merangkak naik disini. Tapi, wahai perempuan pengagung feminisme, jangan sampai
kesetaraan gender itu membuat kita lupa akan tugas utama seorang perempuan,
sesuai dengan peran sosial dan tempat berada tentunya. Kita sebagai perempuan
harus tahu, bagaimana mengatur antara peran disini, disana, atau disitu,
mengatur bagaimana menjalani peran sebagai si ini, si anu, atau si itu, dan
apapun itu. Ku rasa kalian semua tahu sendiri, karena kolaborasi peran sosial
masing-masing dari kita berbeda. Tapi meskipun begitu, ada 1 hal yang sama:
menjadi perempuan profesional untuk semua peran yang diputuskan.
Baiklah,
sudah saya buka sekilas tentang fenomena Kartini muda, muda disini bukan umurnya,
melainkan generasinya. Pokoknya, buat kalian perempuan yang masuk zona ‘terjun
turun’ itu, berhati-hati saja ya, nona, nyonya. Zaman semakin maju, kita boleh
mengikuti zaman tapi jangan sepenuhnya terseret arus karena kemiskinan prinsip
hidup. Jangan menjadi korban tren, ciptakan trendmu sendiri. Jangan hanya
menjadi pengikut, jadilah inspirasi. Percayalah, kita cantik apa adanya. Jangan
percaya jika orang mengataimu “wah, jelek!”, “hidungmu pesek!” atau bahkan
menertawakanmu dan berkata, “hahaha, kamu gendut, pendek, kerempeng” haahh whateva... mereka saja yang terlalu
picik memaknai kata “cantik”!! dan lebih tragis lagi jika kamu memercayainya
lalu berkaca dan percaya celotehan itu. Hey? common girls, kenapa sih kita lebih suka percaya dengan perkataan
orang lain, yang, tidak beralasan kuat?! Trust
ur self. Percayalah, kita cantik, kita pandai, kita asyik, unik, menarik,
sexy, dan... entah apalagi. Intinya, Tuhan memberikan semua itu dan tergantung
kita bagaimana menemukan kelebihan-kelebihan itu, memaksilmalkannya, dan
memancarkannya. Bukan berarti kita lebih baik menyepelekan penampilan luar lalu
keluar rumah dengan pakaian kusut dan rambut acak-acakan, melainkan tetap
menjaga kecantikan luar dan dalam tanpa intervensi dari pihak manapun. Kenapa ?
karena Kartini muda = istimewa.
Surabaya, 22 April 2012
Tink Love Blue Dolphin.... “Qim”
@istana kecil
Cerpen
Tips
Tidak ada komentar:
Posting Komentar